Terpaksa Menjadi Dewasa
Salam kenal pembaca setia, sudah lama sejak aku memulai
menulis di blog ini. Selamat Datang bagi para pengunjung baru. Semoga apa yang
kutulis disini bukan hanya tentang diriku dan dirimu, tapi juga membawa
kebermanfaatan bagi sesama. Memang, telah banyak yang telah kita lalui selama
setahun ini. Entah sedih, senang, kecewa, bangga, semuanya telah terlewati dan
menjadikan diri kita di titik ini.
Entah apa tolak ukur dewasa. Ada yang bilang umur 20 tahun
sudah dewasa, ada yang bilang jka sudah menikah maka sudah dewasa, dan ada juga
yang bilang bahwa jika sudah memiliki pekerjaan maka sudah dewasa. Menurutku, tidak ada tolak ukur dewasa yang
sesungguhnya. Aku yang masih 22 tahun dipaksa untuk menjadi dewasa. Ada banyak
hal yang harus aku pertanggungjawabkan di usia ini.
Mungkin di lingkungan kita 22 tahun adalah angka yang cukup
matang dan sudah dewasa. Tapi aku belum merasa menjadi dewasa. Jika kembali ke
aku yang berumur 17 tahun, aku tidak menemukan perbedaan diriku yang
signifikan. Apakah kalian juga merasakan yang sama ?
Di usia 22 tahun, ada yang sudah menikah
Di usia 22 tahun, ada yang sudah memiliki 2 anak
Di usia 22 tahun, ada yang sudah menjadi sarjana
Di usia 22 tahun, ada yang sudah menjadi tulang punggung keluarga
Di usia 22 tahun, ada yang sudah menikmati harta benda yang
melimpah
Di usia 22 tahun, ada yang sudah berdiam diri dibawah tanah
menunggu hari kiamat
Dimanapun titik kita saat ini, aku merasa bahwa tidak ada
saat yang tepat untuk memperbaiki diri selain saat ini dan sekarang juga. Kita tidak
akan tau kapan titik terakhir yang kita lalui. Sehingga apapun yang ada di
hadapan kalian, semoga kalian melkukannya dengan sungguh-sungguh dan terus
mendekatkan diri kepada Tuhan kita. Itulah yang akan menjadikan kita dewasa.