Ayo Hijrah Bersama-sama

Senin, 15 Juni 2020

23-10-2019

Rabu, 23 Oktober 2019 

Hari kedua di Khon Kaen, pagi-pagi kami sudah turun untuk masak untuk sarapan kami. Karena disini memang sedikit sulit untuk mencari makanan halal. Meskipun di dapur asrama kami juga tidak tau apakah alat masaknya suci atau tidak. Tapi dalam keadaan genting seperti ini, memang itu satu-satunya jalan untuk kami.

Hari ini kami memasak mie instant, buat bumbu pecel, sosis, tempe kering, serundeng, dan sosis. Banyak yang memang sudah kami siapkan untuk makan kami disini. Asrama disni memiliki fasilitias microwave, heater, kompor listrik, ddan kulkas di tiap lantai. Banyak juga penghuni asrama yang memasak di dapur. Kami berkenalan dengan beberapa mahasiswa disini. Namun, karena namanya yang aku sering lupa, hehe ajdi ya lupa wesan. Ngga tau satu-satu namae. Mungkin yang hampir tiap hari bertemu, seperti china, luwa, dan khon itu hapal. 

Setelah makan kami siap-siap, karena jam 9 kami akan di jempur oleh buddies kami. Sebelum jam 9 kami sudah siap di bawah. Sambil berfoto ria ami menunggu dijemput. Lalu, buddies kami datang dengan van  nya seperti biasa. 

Kami mampir ke hotel pak heri dan pak bambang untuk melakukan sesi foto. Karena memang beliau akan segera kembali ke bangkok. 

Tangan kami logo unesa jika di bahasa CB. 

Pemandangan di hotel tersebu cukup indah. Sehingga menjadi kesempatan kami untuk berfoto ria hehe. 

 bagus banget kaaaan wkwk. 

Perjalnan berlanjut ke kebun binatang. Dalam perjalnan kami banyak belajar tentang bahasa thailand. Kmi banyak ngobrol tentang banyak topik dengan para buddies kami. Mereka sangat antusias menjelaskan mesipun harus berfikir 2 kali karena kmereka harus menjelaskan dengan bahasa inggris hehe.  

Si Kho ternyata pandai  memainkan seruling, aku lupa apa itu namanya di bahaa thailand. Tai kho cukup jago memainkannya. Sampai kai terdiam hehe. Kami bertukar musik yang kami suka, chan suka musik kpop, kho suka musik tradisional, diyo suka musik ambyar, dan aku tidak suka semuanya wkwk. 

Kami mampir ke 7 eleven, toko seperti indomaret di Indo. Hampir di setiap sudut ada toko ini. Disini juga menyediakan makanan halal, meakipun tidak banyak. Aku hanya membeli susu, yang aman-aman saja. Susu sebotol harganya hanya 12,5 bath atau sekitar 7 ribu 

Lanjut  perjalanan ke kebun binatang. Kami sampai di theme park pertama. Disana kami harus naik jembatan, atau sky walk. Panasss bangettttttt, tapi pemandangannya uindah pol. Masya Allah hehe.jembatannya cukup tinggi. Dan di bagain tengah kami bisa melihat dasar karena terbuat dari kaca atau besi yang bolongbolong. 






Panas banget kan, sampe kita harus nyengir wkwk. 

Sampe disitu kami lajutke theme park selanjutnya. Tapi karens sudah panas sekali kami memilih bird park yang adem. Kami naik seperti kereta waktu pergi kesana. Jalan-jalan lagi. Lanjut lagi. Tapi setelah kita muter-muter, yanga aku carai tdak aku temukn, gajah thailand. Padahal itu yag aku runggu-tunggu wkwk untuk aku kiriman ke teman-temanku di indonsea. 

Trip yang cukup melelahkan, setelah semuanya selesai, masuk ke van lagi. Lalu aku lgsg tidur. Pegel bangetttttt masya Allah. Hehe. Banyak yang tidur sih emang, eh sebelum tidur kami makan i restoran halal yang direkomenadikanshobri. Satu-satunya teman thailand muslim kami. Makanannya enak banget, bikin kangen indo. Kami duduk menyatidi dua meja sangat kondusif sekali. Bahagia banget bisa makan bareng dengan mereka. 

Lanjt ke ubolratadana dam. Kayak wauk itu. Tapi wadunaudah mulai mengering. Sebenrnya thaild  itu ngga punya sumber air. Dulu mereka ambil air dari laos untuk seluruh thailand tapi setelah usaha yang cukup ekeras. Merka sudah bisa mengairi negara mereka sendiir. 

Iya, tempatnysa ngat panas lagi. Panaaas bgt emang. Wkwkwk






Jumat, 22 Mei 2020

The best man ever i met

Ayahku Segalanya
Laki-laki yang penuh wibawa
Bertanggung jawab atas segala amanah yang diembannya
Diam seribu bahasa, memikirkan bagaimana keluargaku bisa ke surga bersama-sama
Tak hanya itu,
Beliau yang menomorsatukan kebahagiaan putra dan putrinya
Tak pernah berpikir dua kali untuk melakukan segala cara agar anak-anaknya tetap bahagia
Tak pernah berpikir kebahagiaan dirinya
Karena sesungguhnya kebahagiaannya adalah melihat kami bahagia
Tak ayal, aku pun pernah berpikir
Berpuluh-puluh tahun ayahku menderita
Banting tulang, bekerja keras mencari nafkah
Menjual segala aset yang ia punya
Sampai-sampai ke dokter saja, ia takut jika tiba-tiba anaknya membutuhkan uangnya
Aaaa
Betapa durhaka ya diriku jika terus membiarkan beliau seperti ini
Aku ingin membahagiakannya
Aku ingin mewujudkan cita-citanya
Aku ingin memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya
Aku ingin beliau berbahagia karena anak-anaknya
Aku ingin kami menjadi kemudahannya dalam mencapai ridho-Nya
Ayahhh
Aku tau, diammu adalah bentuk kasih sayang
Ayahhh
Aku tau, ucapmu adalah jalan kebahagiaan
Ayahhh
Aku sangat mencintaimu
I love ayahhh
Maafkan putrimu ini
Yang tidak berani mengatakannya
Semoga ayah sehat selalu, diberikan Allah keselamatan dimanapun ayah berada, diberikan Allah keberkahan dalam hidup, dan diberikan kebahagiaan di dunia sampai di akhirat.
Sekali lagi
Aku smagat menyayangi ayahh

Sabtu, 25 April 2020

Semester 6 Ku Positif Covid-19

Tentang Semester 6 
Tahun 2020, memang banyak sekali kejutan di negara kita. Mulai dari banjir di tahun baru yang berada di Jakarta. Dan banyak kisah lainnya. 
Cerita lain datang dari asuhan, China. Virus SARS-CoV-2 pertama kali ditemukan di sana. Hingga pada Maret 2020, virus ini telah masuk ke Indonesia. Imbasnya tidak hanya bagi rumah sakit yang harus menyediakan alat kesehatan khusus virus. Tapi juga kepada kami, mahasiswa. 
Notabene mahasiswa adalah anak rantau dari desa ke kota. Dengan penuh peluh dan jerih payah ingin sekali menimba ilmu di pusat peradaban dan belajar menghidupi diri sendiri tanpa bantuan orang tua. 
(Sesi curhat) 
Aku, yang dari MTs sudah beli keinginan dengan uang sendiri, rasanya tidak nyaman jika meminta uang ke orang tua meskipun zaman kuliah memang menbutuhkan materi lebih. Sehingga aku pun sudah mengajar dari semester 1. 
Singkat cerita, di semester 6 aku memutuskan untuk pindah ke kos yang awalnya aku tinggal di dorm dengan biaya yg lebih murah dari kos. Aku bertekad untuk bayar kos dengan uang sendiri, namun ujian demi ujian datang. Mulai dari laptop yang rusak, hp jatuh, motor harus ganti ban, dll. Dan ujian bagi manusia di seluruh penjuru dunia pun berimbas kepadaku. Covid-19 menuntut aku berhenti mengajar. Tanpa ada pemasukan, tapi harus bayar kos-kosan. Sedih, bingung, entah aku harus apalagi, dirumah pun aku berusaha menghasilkan uang dengan berjualan. Mungkin memang jalan rezekiku bukan disitu. Dan sekarang aku di titik yang ingin menyerah. Tapi satu hal yang masih aku yakini bahwa rezeki tidak akan tertukar. Dan masing-masing punya jalan rezekinya sendiri. 
Aku berusaha meminta keringanan ke ibu kos, semoga diberi. 
Semangat untuk kalian pejuang nafkah, Allah melihat kerja kalian